" Orang mu’min itu cermin bagi saudaranya "
Mari berbagi rasa walau hanya dalam penggalan kata :)

Jumat, 25 Januari 2013

Duri diantara Bunga

Masih termenung sendiri diantara tumpukkan bantal,bibirnya kelu walau hanya tuk ucap sepatah kata. Beberapa kertas berserakan di atas kasur dan lantai,diantaranya masih beterbangan tanda belum lama mereka disingkirkan dari sisi sang gadis. Dinginnya udara AC semakin menusuk kulitnya yang telah memucat menahan dingin. Sesekali ia menatap langit diluar jendela kamar yang menggantungkan gumpalan warna hitam dan melayangkan ribuan harapan.
"Andai hal ini tak pernah hadir"bisiknya terbata diikuti getaran dan isak tangis seraya meremas lengannya yang semakin mendekap erat kedua kakinya.
Teringat kembali dirinya akan percakapannya dengan kak faisal pagi tadi di telepon,kakak lelakinya tersayang menyampaikan suatu kabar yang seketika merenggut semangatnya dan meruntuhkan dunianya.

"Ain sayang,ibu sudah tiada....semalam"katanya dengan suara serak menahan getaran yang tak tersembunyikan,"maafkan kakak tidak kabarkan kondisi ibu padamu sebelumnya sayang,karena begitulah permintaanya pada kakak"
Sekejap,Aini pun tersungkur lemas mendengarnya,serasa seluruh tulang ditubuhnya hilang dan tak ada satupun menopang tubuhnya yang mungil.
"Tapi...kenapa kak...saat hari yang kunjanjikan pada ibu itu tiba..."tak terasa air sesal pun meleleh dari kedua sudut matanya yang jelita,"dan aku tak ada disampingnya..."
"Sayangku ain besabarlah dan ikhlaskan ibu,kakak paham yang kau rasa. Tapi yakinlah bahwa Allah mencintai ibu melebihi seluruh kasih kita untuknya"ujar faisal menenangkan adiknya dengan lembut,"hadiah kelulusanmu dengan peluh juangmu itu telah diterima ibu dengan senyum bahagia sayang,walau dihari wisudamu ibu tak nyata dihadapanmu...tapi kakak yakin dengan hatimu,kehadiran ibu dapat selalu kau rasa"


Suasana kontrakan ain yang sunyi,seketika dipenuhi isak tangisnya yang pecah memenuhi tiap sudut kamar kosong yang ditinggalkan penghuninya kerja ataupun kuliah. Sesak dadanya menyeruak, tiap sesal menghujam jantung dan paru-parunya hingga terasa sulit bernafas. Hari ini seharusnya adalah hari bahagia bagi aini,hari dimana ia dapat memenuhi janjinya pada sang ibu menjadi seorang sarjana,hal yang tak dapat dipenuhi kakaknya,faisal,karena kendala biaya. Kini hal itu seakan sirna,senyum ibunya yang setahun ini tak terlihat karena kesibukannya merampungkan penelitian hingga tak mengizinkannya pulang,sekarang...aini sangat rindu senyuman itu dan kehangatan dekapan ibunya.
Andai waktu kan berputar kembali...oh,namun tak kan mungkin. Khayalan dan sesal itu membawanya pada kenangan masa lalunya, hingga aini terlelap dengan air mata yang masih mengalir deras dipipinya. Terlelap diantara kertas dan ijazahnya...serta seragam wisuda yang berserakan memenuhi kamarnya yang berwarna senada.
Biarlah perasaan ini kan memenuhi kisah aini layaknya duri diantara bunga. Bukankan bunga tak pernah menolak hadirnya duri sebagai penghiasnya, dan biarlah keikhlasan menghiasi seluruh hidupnya...hingga takdir dan amal mempertemukan mereka dalam indahnya surga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar